Obat tidur (atau
sedatif) dapat menyebabkan seseorang tenang dan
tidur. Ada beberapa jenis obat tidur:
- Pil yang dapat membuat orang jatuh tertidur.
- Pil yang membantu orang tetap tertidur (tak terbangun semalaman).
- Pil yang menenangkan seseorang, tanpa membuatnya tertidur.
Beberapa obat tidur dapat bereaksi cepat, seperti 10-15 menit. Orang
yang berpikir untuk menenggak obat tidur harus berkonsultasi dengan
dokter, yang dapat memberikan obat tidur terbaik.
Sebagian besar obat tidur menyebabkan ketagihan, sehingga seseorang perlu resep obat dari dokter untuk mengonsumsi obat tidur. Obat tidur jangan diminum dalam jangka panjang sebab menimbulkan ketagihan.
Orang yang biasa minum obat tidur bisa nampak sakit dan mengantuk.
Karena obat tidur memengaruhi kemampuan untuk bereaksi, ada beberapa hal
yang tidak boleh dilakukan:
- Mengoperasikan mesin
- Mengendarai mobil
- Meminum minuman keras (akan menyebabkan reaksi obat makin menjadi)
Beberapa orang kecanduan obat tidur. Bila mencoba menghentikannya, mereka biasa mengalami hal berikut:
- Insomnia (tidak bisa tidur)
- Gelisah (merasa takut)
- Sawan
Beberapa kecanduan bisa bersifat psikologis; bila pecandunya berhenti mengonsumsi, mereka bisa merasa depresi. (http://id.wikipedia.org)
Bahaya di Balik Obat Tidur
Obat tidur seringkali menjadi andalan para penderita insomnia. Namun
berhati-hatilah dalam mengonsumsi obat tidur. Penyalahgunaan obat ini
bisa membuat Anda tertidur selamanya.
Para peneliti dari sebuah
klinik tidur di California mengungkapkan, orang-orang yang mendapatkan
resep obat tidur beresiko lima kali lebih tinggi mengalami kematian
dibandingkan dengan yang bukan peminum obat tidur.
Penelitian
tersebut dilakukan terhadap 10.529 orang yang mendapat resep obat tidur
dan 23.600 orang yang tidak. Kedua kelompok responden memiliki rentang
usia, status kesehatan, serta status ekonomi yang sama.
Dalam
membandingkan kedua kelompok tersebut, para peneliti mengungkapkan bahwa
seseorang yang minum 18 pil tidur dalam setahun, risikonya mengalami
kematian 3,6 kali lebih tinggi dibanding yang tidak mengonsumsi obat
tidur sama sekali. Sementara itu, yang mengonsumsi obat tidur antara
18-132 pil dalam setahun risikonya naik menjadi lima kali lipat.
Memang
penelitian tersebut belum sempurna karena menghubungkan antara obat
tidur dengan tingginya kematian tidak berarti obat tidur sebagai faktor
penyebab tunggal. Tetapi tidak ada salahnya Anda lebih berhati-hati
terhadap dosis obat tidur yang dikonsumsi. Terlebih lagi hasil analisa
yang dilakukan peneliti dari Kanada tahun 2010 memberikan hasil serupa. (kompas)
Banyak Obat Tidur Kurang Manjur
Sebutir obat tidur sering menjadi tumpuan banyak orang yang kerap
menderita insomnia. Tetapi sayangnya empat dari 10 orang dewasa yang
mengonsumsi obat tidur mengaku mereka masih sulit terlelap.
Demikian
menurut hasil survei yang dilakukan di Inggris. Sekitar 42 persen
responden adalah orang yang mendapatkan pengobatan karena menderita
gangguan tidur berat selama lebih dari 11 tahun. Sebanyak 22 persen
responden sudah menderita insomnia selama 2-5 tahun.
Yang perlu
digarisbawahi dari hasil survei tersebut adalah obat tidur ternyata
tidak bisa menghilangkan gangguan tidur dalam jangka panjang. Malah,
terapi perubahan kognitif dinilai lebih efektif untuk mendatangkan
istirahat malam yang nyenyak.
Menurut National Health Service
Inggris, di Inggris saja setiap tahunnya beredar 10 juta resep obat
tidur. Namun menurut rekomendasi seharusnya obat tidur hanya dipakai
dalam jangka pendek, yakni sekitar dua sampai empat minggu maksimal.
Inggris
sendiri disebut sebagai negara dengan populasi penderita insomnia
terbanyak. Seitar 20.000 penduduk di sana menderita insomnia dan hanya 5
dari 10 orang yang mengaku mendapatkan tidur nyenyak setiap malam.
Gangguan
tidur yang berlangsung jangka panjang bukan cuma menggangu kesehatan,
seperti menyebabkan kelelahan dan hilangnya konsentrasi, tapi juga bisa
merusak hubungan. Studi di Amerika menyebutkan penggunaan obat tidur
bisa mempercepat kematian.
Hasil survei juga menunjukkan, sekitar
1 dari 10 penderita insomnia meminta resep obat tidur ke dokter dan 1
dari 5 orang membeli sendiri obat tidur yang dijual bebas.
Dibandingkan
dengan pil tidur, ternyata program perubahan perilaku lebih efektif
dalam mengatasi gangguan tidur dalam jangka panjang. Apalagi kebanyakan
gangguan tidur disebabkan karena masalah emosional.(kompas)
Obat Tidur Sebabkan Penyakit Jantung
Banyak orang menggunakan obat tidur tanpa resep
dokter. Awalnya, mereka tidak menyadari efek samping dari penggunaan
obat tidur, namun dalam jangka waktu tertentu, obat tidur dapat
mengganggu kesehatan Anda.
Masalah sulit tidur memang terkadang
cukup menjengkelkan. Untuk mempermudah agar kita terlelap, penggunaan
obat tidur memang cukup efektif. Para penderita insomnia biasanya
mengonsumsi obat tidur tanpa resep dokter, demikian yang dilansir Healthmeup.
Untuk
pengobatan jangka pendek, penggunaan obat tidur mungkin cukup efektif.
Namun jika penggunaannya secara terus-menerus selama enam bulan atau
lebih, maka Anda patut waspada karena dapat mengakibatkan penyakit
serius.
Penggunaan obat tidur tanpa resep dokter ini bisa
memberikan efek buruk pada kesehatan Anda. Jika terus- menerus
menggunakan obat tidur tanpa dosis yang dianjurkan, Anda bisa terserang
penyakit jantung, asma, kecemasan, bahkan mengalami depresi (detik.com)
Penderita Insomnia Jangan Banyak Konsumsi Obat Tidur
Penggunaan obat tidur tidak sesuai dosis dan anjuran dokter akan
menimbulkan bahaya bagi siapapun yang mengonsumsinya, termasuk bagi
penderita insomnia.
Royal Pharmaceutical Society, sebuah badan profesional untuk apoteker di
Inggris Raya mengatakan bahwa berdasarkan temuan dari survei terhadap
2.077 orang, setengah penderita insomnia mendiagnosis dirinya sendiri
dan melakukan pengobatan sendiri tanpa mencari saran medis. Lebih lanjut
lembaga tersebut menyebutkan, insomnia sering kali menjadi bagian dari
masalah kesehatan mental yang sebenarnya perlu pengobatan resmi dari
dokter.
Dalam survei ini, 30 persen orang mengatakan mereka mengonsumsi obat
tidur selama lebih dari sebulan tanpa mendapatkan saran dari dokter.
Sementara 14 persen lainnya mengonsumsi selama enam bulan.
Menurut salah satu ahli farmasi di Inggris, Paul Johnson, penggunaan
obat tidur tanpa resep dokter hanya bisa efektif untuk pengobatan jangka
pendek terhadap insomnia ringan namun tidak seharusnya dilakukan sampai
jangka waktu lama.
"Karena hal ini bisa menyembunyikan masalah kesehatan yang serius yang bisa semakin memburuk jika tidak diobati," kata Johnson.
Insomnia adalah kondisi sulit tidur, tetap terjaga, atau baru
mendapatkan tidur yang cukup berkualitas setelah malam berlalu. Insomnia
sendiri terdiri dari tiga jenis, yakni insomnia sementara (beberapa
hari hingga seminggu), insomnia akut yang merupakan ketidakmampuan untuk
secara konsisten tidur dengan baik untuk jangka waktu antara tiga
minggu sampai enam bulan serta insomnia kronis yang berlangsung selama
bertahun-tahun pada suatu waktu.
Insomnia bisa disebabkan oleh masalah kejiwaan seperti depresi, gangguan
kecemasan, dan schizophrenia. Penyakit lainnya adalah gangguan jantung,
penyakit Alzheimer, dan masalah hormonal yang juga bisa mengganggu pola
tidur yang normal.
(okezone)
Comments :
0 komentar to “Tentang Obat Tidur”
Posting Komentar